Senin, 28 Maret 2016

LONCENG, ILALANG, DAN LAILA



Laila,
Serupa kisah rembulan dan kenangan,
Suara lonceng dan gemerisik ilalang bagiku juga adalah nyanyian
Berirama di antara lereng tanah yang tandus dan belum berbentuk
Ia selalu saja hidup, bangkit, dan bergairah lagi dalam putaran alam
Karena kicau burung-burung senantiasa menghidupkannya di setiap pagi
Meski berkali-kali ia terlelap dan mati saat malam asyik mementaskan konsernya

Di pentas konser itu, Laila
Berisi sajak kita tentang rembulan dan kenangan
Yang berdentang satu-satu seumpama lonceng kematian kuil pagan
Yang berbisik pelan-pelan serupa ilalang menggeriapi Golgota sunyi
Yang kemudian kisahnya hanyut dari sebuah labuhan tua menuju arah laut
Yang entah
Yang lalu sepi
Yang lalu gelap
Yang lalu irama ombak hilang dan tak terdengar lagi
Yang lalu kalam rembulan jadi deretan sayatan elegi
Tergolek di sebuah sisi jauh kenangan
Nyaris tak teringat lagi
Tak terkenang lagi

Laila,
Serupa kisah rembulan dan kenangan,
Rindu kita terus berdentang dan merayap
Selalu bangkit meski mati berkali-kali
Serupa syair romansa yang pernah kita tulis dulu
Tentang laut
Lebar dan luas
Mendekap abadi



Ie Hadi G
29 Maret 2016
Di sebuah sudut, di teluk Manado


Tidak ada komentar:

Posting Komentar