Minggu, 13 Maret 2016

Mengenal JS Badudu

Pemilik nama lengkap Jusuf Sjarif Badudu ini lahir di Gorontalo, Keresidenan Celebes en Onderhoorigheden, 19 Maret 1926, dan meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, 12 Maret 2016, pada umur 89 tahun. Dia menikahi seorang perempuan cantik berdarah Minahasa yang bernama Eva Henriette Alma Koroh pada tanggal 9 Mei 1953. Dari perkawinan mereka itu, berhasil dikaruniai 9 putra-putri, yaitu Dharmayanti Francisca, Erwin Suryawan, Chandramulia Satriawan, Chitra Meilani, Armand Edwin, Rizal Indrayana, Sari Rezeki Adrianita, Mutia Indrakemala, dan Jussar Laksmikusala.

Semasa hidupnya, JS Badudu yang terkenal sebagai seorang Muslim yang soleh ini, memiliki dinamika kehidupan yang menarik. Istri dan anak-anaknya dikabarkan tetap hidup sebagai Nasrani taat.

JS Badudu merupakan seorang pakar bahasa Indonesia. Ia adalah Guru Besar Linguistik di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Dia kian dikenal luas sebagai ahli bahasa Indonesia setelah jadi pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia (1974-1979) di TVRI.

Pendidikan
JS Badudu menamatkan Sekolah Rakyat di Ampana, Sulawesi Tengah (Sulteng), di usia 13 tahun (1939). Dia kemudian mengikuti kursus Volksonderwijser/CVO (Pengajar umum) di Luwuk, Sulteng (1941). Tahun 1949 ia menyelesaikan pendidikan Normaal School di Tentena, Sulteng.
 
Jus, sapaan akrabnya, lalu melanjutkan sekolah di KweekschooI/SGA, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan tamat pada tahun 1951. Tahun 1955 ia menyelesaikan pendidikan B1 Bahasa Indonesia di Bandung dan menyelesaikan pendidikan S1-nya di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung (1963). Tahun 1971 hingga 1973 Badudu melanjutkan pendidikan pada Postgraduate Linguistics di Leidse Rijksuniversiteit Leiden, Belanda. Tahun 1975 ia memperoleh gelar Doktor Ilmu Sastra dengan pengkhususan linguistik di Universitas Indonesia (UI), Jakarta, melalui disertasi yang berjudul "Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo".

Pekerjaan
JS Badudu telah mengabdikan diri sebagai guru sejak usia 15 tahun 5 bulan. Ia menjadi guru sekolah dasar di Ampana, Sulteng hingga tahun 1951. Pada tahun 1951—1955 ia menjadi guru SMP di Poso, Sulteng, dan pada tahun 1955—1964 menjadi guru SMA di Bandung. Ia juga pernah menyumbangkan tenaga sebagai dosen di Fakultas Sastra, Unpad Bandung, pada tahun 1965–1991.

Tahun 1982—2016, Badudu menjadi guru besar linguistik pada Program Pascasarjana (S2 dan S3) Unpad Bandung dan Universitas Pendidikan Indonesia (dulu IKIP Bandung). Ia juga menjadi guru besar di Universitas Pakuan Bogor pada tahun 1991—2016 dan di Universitas Nasional Jakarta pada tahun 1994—2016. Ia juga pernah, selama tiga tahun, menatar guru-guru Sekolah Dasar (SD) di enam provinsi (Sumatera Barat, D. I. Aceh, Sulawesi Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan D.I. Yogyakarta) dalam proyek PEQIP (Prelimenary Education Quality Improvement Project), sebuah lembaga bantuan Jerman yang bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional). Tahun 1995—1997, ia mengunjungi setiap provinsi itu 2 kali dalam setahun.

Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia
Sebagai tokoh bahasa yang juga dikenal sebagai pembawa acara Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI Pusat Jakarta (1977—1979), JS Badudu melontarkan kritik terhadap keberbahasaan Presiden RI saat itu Soeharto. Ia juga sebagai penatar bahasa Indonesia untuk berbagai lapisan masyarakat, seperti mahasiswa, dosen, guru, wartawan, pegawai pemerintah, dan polisi. Ia juga sering menyajikan makalah di luar negeri, seperti Belanda, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Jepang.

Karya-karya
Hingga usianya 76 tahun, JS Badudu tidak hanya aktif sebagai guru, dosen, penatar bahasa Indonesia, tetapi juga aktif sebagai penulis artikel tentang bahasa Indonesia di surat kabar dan majalah. Sejak tahun 1977 hingga 2016, ia menjadi penulis atau pengisi rubrik tentang pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di majalah Intisari Jakarta. Keaktifan Jus menulis buku-buku yang berisi tuntunan tentang penggunaan bahasa Indonesia untuk pelajar, mahasiswa, dan umum, dapat dibaca melalui karyanya:
- Pelik-Pelik Bahasa Indonesia
- Membina Bahasa Indonesia Baku (2 jilid)
- Bahasa Indonesia: Anda bertanya? Inilah jawabnya
- Ejaan Bahasa Indonesia
- Sari Kesusasteraan Indonesia untuk SMA (2 jilid)
- Buku dan Pengarang
- Belajar memahami Peribahasa (6 jiIid)
- Peribahasa
- Mari Membina Bahasa Indonesia Seragam (3 jilid)
- Penuntun Ujian Bahasa Indonesia untuk SMP (Catatan: Buku no. 7 s.d. 10 tidak diterbitkan lagi).
- Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar (I, II, dan III)
 
Penelitian bahasa yang pernah dilakukannya, antara lain:
- Morfologi Bahasa Indonesia Lisan (Pusat Bahasa)
- Morfologi Bahasa Indonesia Tulisan (Pusat Babasa)
- Perkembangan Puisi Indonesia Tahun 20-an hingga tahun 40-an (Pusat Bahasa)
- Buku Panduan Penulisan Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (Pusat Bahasa)
- Bahasa Indonesia di Daerah Perbatasan Bogor—Jakarta (Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung).
 
Sedangkan, beberapa kamus yang buah karyanya, antara lain:
- Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia, (1975)
- Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu — Zain), (2001)
- Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar (sedang diselesaikan)
- Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, (2003)

JS Badudu pernah menerima bintang jasa Pemerintah RI, yaitu Satyalencana 25 tahun Pengabdian dan Bintang Mahaputra yang diserahkan sendiri oleh Presiden Megawati Sukarnoputri pada tanggal 15 Agustus 2001 di Istana Negara. Bintang jasa itu diberikan pemerintah sebagai penghargaan atas jasanya membina bahasa Indonesia selama bertahun-tahun bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar