Jumat, 07 Oktober 2011

Kerajaan Kolongan | Sejarah di Sulawesi Utara

Pada jaman penjajahan bangsa Portugis dan Spanyol, raja Kolongan Pontoralage yang bersahabat dengan raja siau Wuisang telah memintakan pastor Diego Magelhaes datang di Kolongan. Permintaan tersebut dapat disanggupi oleh Padri dan ditemani oleh raja Wuisang ke Sangihe pada tahun 1568.

Sampai di Kolongan raja dipermandikan dan dinikahkan. Kemudian pastor mengadakan permandian massal untuk para bobato dan penduduk di sungai Akembawi pada tanggal 10 Nopember 1568.



Akhirnya kerajaan Kolongan hilang karena ditinggalkan penduduk yang disebabkan oleh:
a. Pertempuran dengan bangsa Portugis
b. Persengketaan keluarga dalam kerajaan
c. Penyingkiran letusan gunung Awu, sebagaimana letusan pertama yang tercatat pada tahun 1641 dan kemudian tercatat pula dalam journal Padtbruge 1677.

Penduduk Kolongan menyingkir ke Tahuna termasuk pahlawan Tatehe Woba yang mendirikan kerajaan Tahuna pada tahun 1600.***

[Sumber tulisan: Buku karya Shinzo Hayase, Domingo M. Non, dan Alex J. Ulaen yang berjudul “SILSILAS/TARSILAS (GENEALOGIES) AND HISTORICAL NARRATIVES IN SARANGGANI BAY AND DAVAO GULF REGIONS, SOUTH MINDANAO, PHILIPPINES, AND SANGIHE-TALAUD ISLANDS, NORTH SULAWESI, INDONESIA” halaman 252].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar