Jumat, 29 Januari 2016

Nelayan di Utara

"O, kasihan, gelap di Selatan"
Doa lelaki itu sembari genggam panggayung
Minta Tuhan agar badai jangan datang ke sana
Ke tempat rintihan doa yang akan dikayuhkannya
Agar hari itu akan ada sepotong rejeki
Buat tambal sedikit susah perjuangan hidup

"O, kasihan, masih gelap di Selatan"
Sekejap meluncurlah biduk bersayap bambu itu ke arah laut

Dengan segenggam getir menuju harapan yang entah
Dipikulnyalah pula skalian beban pedih dan sakit
Yang datang berulang hingga akhirnya terasa nikmat sudah baginya

“O, Ruata, meski masih gelap, berilah terang”
Dingin menyemut di kulit legamnya
Gayung hangatkan darah di urat nelayan
Peluh perlahan mulai melelehkan bimbang
Tapi kemudian dipeluk lagi gelora kesunyian

Ah, hidup jadi kecil di hadapan samudera raya tanpa batas
Ah, jadi umpama hanya noda setitik di cakrawala putih

"Mawu o, Mawu o, Mawu o
Onggoļeng biahe, o"
Parau suaranya harap Tuhan beri kehidupan

Di Utara
Orang memang biasa menabur benih di ladang-ladang laut
Dan serupa nelayan yang ringkih menghiba tapi setia harap berkah
Entah kapan bunga doa berbuah setangkai senyum di tiang ombak

Di lautan Utara
Tak ada Gurindam, Karmina, ataupun Copla
Karena yang ada hanyalah kidung lenguh yang tertahan dalam nestapa


Ie Hadi G
Manado, 3 Mei 2015
Di tepi Kuala bersama doa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar