Ini pagi yang basah
Tetes embun dan lambai daun luruh dalam doa
Dan seketika itupun rohku terbang mengembara
Di teras itu, kuhirup aroma kenangan dalam kenikmatan segelas kopi
Terkadang melintas bayangan wajahmu yang bergegas memburu malam
Lalu ditelan sunyi yang kejam seumpama belati tercecer di antara magma
Di sini mataku memanggil-manggil namamu, Amorina
Meski jiwa tlah kubasuh dalam kesucian dupa kuil-kuil Narmada
Kau tetap tak bisa membaca air mataku yang jatuh berkilatan di depan altar
Mengalir dingin dan membeku jadi kidung yang dipahat dalam sebuah stanza
Masa lalu selalu saja terpendam dan abadi
Dan akhirnya kita punya doa sendiri-sendiri
Agar dapat kembali pada kekinian hari ini
Apakah kau sering basah dalam pagi lalu menyeruput kopi seperti diriku, Amorina?
Ie Hadi G
Manado, 7 Maret 2015
Di Tepi Kuala Sembari Memandang Doa
Tetes embun dan lambai daun luruh dalam doa
Dan seketika itupun rohku terbang mengembara
Di teras itu, kuhirup aroma kenangan dalam kenikmatan segelas kopi
Terkadang melintas bayangan wajahmu yang bergegas memburu malam
Lalu ditelan sunyi yang kejam seumpama belati tercecer di antara magma
Di sini mataku memanggil-manggil namamu, Amorina
Meski jiwa tlah kubasuh dalam kesucian dupa kuil-kuil Narmada
Kau tetap tak bisa membaca air mataku yang jatuh berkilatan di depan altar
Mengalir dingin dan membeku jadi kidung yang dipahat dalam sebuah stanza
Masa lalu selalu saja terpendam dan abadi
Dan akhirnya kita punya doa sendiri-sendiri
Agar dapat kembali pada kekinian hari ini
Apakah kau sering basah dalam pagi lalu menyeruput kopi seperti diriku, Amorina?
Ie Hadi G
Manado, 7 Maret 2015
Di Tepi Kuala Sembari Memandang Doa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar