(mengenang tragedi bencana Manado, 15 Januari 2014)
Kisah cengkerama bencana dan tangis seorang nenek di antara pergantian sebuah musim
Saat gunung mengirim air dan merendam jengkal-jengkal rumah serta harapan sunyi perempuan tua
Segala doa dari airmatanya jadi kepingan-kepingan nestapa yang melesap ke dalam bencana
Baginya, tak ada lagi tempat bersujud karena segala tanah tlah menjelma padang air tanpa tepi
Baginya, tak ada lagi jalan berlari sebab sudut-sudut kota tlah memajang kehancuran yang ngeri
Padahal kemarin dia masih berwajah riang menyirami setunas kata bersama senja
Padahal semalam dia sempat menerbangkan pucuk gelisah yang ketika itu berdiri menyapa kesepiannya
Dan lalu paginya mahda angin dan bianglala hilang dijemput gelora air
Wajah keriputnya yang biasa menggambar dera kian pucat pasi tergerus gelisah
Tangannya gemetaran perlahan dan terangkat hingga tubuhnya terguncang hebat
Mata rabunnya terbelalak menatap sebuah pahatan di dinding langit keruh
Kisah cengkerama bencana dan tangis seorang nenek di antara pergantian sebuah musim
Saat gunung mengirim air dan merendam jengkal-jengkal rumah serta harapan sunyi perempuan tua
Segala doa dari airmatanya jadi kepingan-kepingan nestapa yang melesap ke dalam bencana
Baginya, tak ada lagi tempat bersujud karena segala tanah tlah menjelma padang air tanpa tepi
Baginya, tak ada lagi jalan berlari sebab sudut-sudut kota tlah memajang kehancuran yang ngeri
Padahal kemarin dia masih berwajah riang menyirami setunas kata bersama senja
Padahal semalam dia sempat menerbangkan pucuk gelisah yang ketika itu berdiri menyapa kesepiannya
Dan lalu paginya mahda angin dan bianglala hilang dijemput gelora air
Wajah keriputnya yang biasa menggambar dera kian pucat pasi tergerus gelisah
Tangannya gemetaran perlahan dan terangkat hingga tubuhnya terguncang hebat
Mata rabunnya terbelalak menatap sebuah pahatan di dinding langit keruh