Usikan Nyamuk |
Sebuah ruangan. Alat musik. Beberapa orang sibuk membersihkan tempat untuk tidur. Dua orang lain masuk, saling susul. Saling diam. Saling menyapa.
Timadde : Nora
Nora : Diam…!
Timadde : Sayangku
Nora : Aku tidak mau mendengarkan
apa-apa darimu, Tua Bangka !
Timadde : Nora, Sayangku
Nora : Diam, mulut busuk !
Timadde :
Nora, angin sepoi-sepoi akan menyiksamu. Membuat engkau tertidur lalu terkapar
mati olehnya. Kau tahu, dia juga akan segera bersekongkol dengan angin itu
untuk menyiksamu.
Nora :
Cukup ! Aku tidak tahan lagi bila engkau menakut-nakuti terus menerus seperti
itu dalam setiap perjumpaan kita.
Timadde : Dengarkan dulu lanjutannya,
Sayangku.
Nora : Tidak
! Bila kau masih ingin melanjutkannya maka aku akan menggigitmu, Timadde !
Timadde : Ow…!
Timadde terdiam sesaat. Kecewa. Lalu dia tersenyum dengan sebuah
pertanyaan baru di benaknya.
Timadde : Nora,
Sayangku. Kau masih ingin mendengarkan hal-hal terhebat dalam dunia ini, kan ?
Kau
tahu mengapa Tuhan menciptakan nyamuk ?
Hampir semua
ciptaanNya memiliki guna bagi hidup manusia. Anjing, bisa menjaga harta
tuannya; Kuda, bisa ditunggangi; Kerbau, bisa dicocok hidungnya dan bisa
dicambuk untuk membajak sawah. Tapi, Nyamuk…?! Tidak ada gunanya selain mengganggu
kenyamanan tidur.
Nora : Menarik juga. Lanjutkan,
Timadde !
Timadde : Kau
tahu, tadi malam sewaktu angin sepoi-sepoi membuai kemanjaanku, aku tertidur.
Eh, tepatnya tidurku belum teramat nyenyak. Aku masih bisa mendengar
dengungannya. Si Bangsat itu, Nyamuk, terus-menerus menderu dan meraung
seumpama pesawat di dekat telingaku. Aku menepisnya sekali, dua kali, lima kali, sembilan belas
kali, sampai aku benar-benar marah. Aku bangun. Kantukku benar-benar hilang.
Kuumpati, bahwa makhlukyang tidak ada gunanya bagi manusia bahkan bagi bumi ini
cuma dia satu-satunya, Nyamuk.
Nora :
Kasihan sekali. Kenapa tidak kau balas ? Cari dia. Tiup dia, tepat seperti
angin sepoi-sepoi meniupmu. Bila dia sudah hampir tertidur, kejutkan dia dengan
satu teriakkan : Woooiii…!
Timadde : Tidak,
Nora ! Aku justru memintanya dengan sangat agar dia dan angin bersekongkol
untuk menyiksamu setiap malam. Ha…ha…!
Nora : Kau
mulai menyinggungku lagi. Awas, kau akan kugigit dan kupatahkan lehermu
sekarang juga.
Mereka berkejaran sampai kehabisan tenaga. Napas satu-satu. Beberapa
orang menyalakan obat bakar anti nyamuk, siap-siap tidur tapi terganggu lagi
oleh kegaduhan Nora dan Timadde.
Timadde : Nora, masih hidupkah kau ?
Nora
?
Apa
kau pingsan ?
Nora : Eh…
Tua Reyot ! Aku masih lebih kuat darimu. Justru aku sedang menunggu kapan
engkau terkapar, tak berdaya. Dan, nyamuk itu…meraung di telingamu. Menggigit
bibirmu. Kau tersadar. Marah. Lalu mati dalam kemarahanmu. Timadde, bila kau
telah mati, aku akan memasang di kuburmu sebuah papan yang bertuliskan : “DI SINI TERBUJUR TIMADDE RENTAH. MATI OLEH
NYAMUK, DENGAN BIBIR BENGKAK BERDARAH“. Tulisan itu akan menjadi semacam
penyakit yang menjangkiti semua orang yang sering mengusik sesamanya seperti
halnya kau yang menggangguku.
Timadde : Nora, mengapa engkau memiliki
pikiran yang begitu kejam ?
Nora :
Karena aku akan menjadi nyamuk di dalam kehidupanmu. Dan, musik itu akan
menjadi angin sepoi-sepoi yang akan meninabobokkanmu.
Timadde :
Hentikan, bangsat ! Aku tidak akan mengganggumu. Tolong jangan ganggu aku lagi.
Bila kau nekat, aku bakal menghajarmu hingga mampus.
Timadde menyepi. Nora memainkan musik dengan nyanyian-nyanyian yang
sangat mengganggu. Nora bersekongkol dengan angin, menjelma jadi nyamuk yang
sangt menyiksa orang tua itu. Timadde bangkit dengan marah. Mereka kembali
berkejaran sampai hilang. Sampai ke gelap malam. Beberapa orang itu akhirnya
tidur dengan lelap.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar