Kamis, 12 September 2013

Dunia Seonggok Kata

Naskah Dunia Seonggok Kata yang ditulis oleh Ie Hadi G ini merupakan drama bertema religius dan dimainkan oleh 7 orang. Pernah dipentaskan oleh Teater Jeune Amme Remaja GMIM Getsemani Sakobar Manado pada Agustus 2013 lalu. Saat pentas itu para pemain yang melakonkan tokoh-tokoh di dalam naskah ini antara lain: Zena Zaneta Boseke sebagai Yusi Kidult, Stevaldo John M. Soputan sebagai Bawobo, Sheva Pantow sebagai Bok, Olivia Maria Lintong sebagai Sens, Gaby Maria W. Tombokan sebagai Sosok Waktu, Novlyandro Natanael T. Binni sebagai Orang I, dan Vina Sarah Sondakh sebagai Orang II. Ini merupakan naskah pertama dalam rangka eksplorasi ide Bawobo sebagai sebuah monolog. Berikut ini naskahnya: 

BAGIAN I
GELIAT GELISAH
SUATU TEMPAT. YUSI KIDULT MASUK, BERMAIN-MAIN DAN MELEMPAR-LEMPAR KERTAS. SOSOK-SOSOK BERGERAK, BERSAMA SOSOK WAKTU MENARIKAN KOREOGRAFI TERTENTU DAN KEMUDIAN MASING-MASING PERGI, MENGHUNI TEMPAT YANG TERPISAH.
Sosok Waktu:
Sekujur semangat yang menafsir ruang dan waktu bergerak mengisi kekosongan-kekosongan peradaban. Seperti senantiasa mendorong bongkah-bongkah batu ke puncak gunung harapan. Lalu seperti maklum pasti jatuh lagi. Seperti tragedi Sisyphus. Seperti selalu mendaur ulang kegagalan-kegagalan yang sama. Seperti biasa, seperti keanehan dan kepongahan manusia yang biasa yang selalu terjadi berulang kali. Selamat datang di dunia seonggok kata. Di mana kisah-kisah hanya bertutur namun sering kehilangan makna dan kesadarannya. Di mana cerita-cerita hanya berdiri sebagai formalitas pelengkap sandiwara-sandiwara kehidupan. Dan manusia mengambil bentuk dari remah-remah peristiwa itu hanya semata untuk hiburan tanpa membawa dan menyimpan makna. Sementara koreografi-koreografi manusia yang bergerak di bumi selalulah melengkapi segala keresahan mereka sebagai reaksi atas misteri yang tertafsir sebagai misteri Ilahi. Lalu dari sanalah layar-layar panggung kisah dibuka dan ditutup. Entah dalam legenda, sage, mite, fabel, parabel, atau juga dogeng jenaka selalu terkisah oleh seonggok kata. Selamat datang di dunia seonggok kata. Sosok Waktu telah menyediakan segalanya.
YUSI KIDULT KELUAR LAGI DENGAN HERAN MEMANDANG TEMPAT YANG KOSONG.
Yusi Kidult:
Halusinasi. Imitasi. Manipulasi imajinasi. Hari-hariku yang semakin senja ini selalu saja dipenuhi halusinasi-halunasi yang menghadirkan imitasi yang benar-benar menghampiri sebuah nilai kebenaran. Padahal semua hanyalah manipulasi imajinasi. [Masuk gua dan keluar lagi] Atau itu kebenaran? Oh, tidak. Ternyata itu tetap sebuah halusinasi. Ah, dunia. Kau selalu menghadirkan kepalsuan-kepalsuan yang tidak ada habis-habisnya. [Diam sebentar] Sigmund…Sigmund…kau di mana? [Mencari-cari boneka anjingnya] Ha, tidur di situ kau rupanya. Kau pasti tahu apa yang terjadi pada diriku belakangan ini. Pasti kau sementara berpura-pura tidak tahu seperti biasa. Tahu tidak, Mund, aku tidak sementara bermimpi, Mund. Aku melihat dengan jelas mereka di sini. Di sini, Mund. Ini jelas bukan empiris-empiris yang menjadi endapan di ingatanku. Tiba-tiba mereka hilang. Menguap seperti embun tanpa bekas basah di dedaunan. Mengapa tak menjawab, Mund? Kenapa diam? Ah, percuma kuberi nama seperti nama seorang pemikir hebat karena kau lagi-lagi tidak mau bicara. Tidak mau menjawab. [Menarik boneka dan membuat tirai jatuh terlepas. Yusi Kidult terkejut dan lari ketakutan masuk gua karena ada orang di balik tirai itu] Celaka. Celaka, Mund. Celaka! Tolong!




BAGIAN II
GAIRAH KISAH
DI BALIK LAYAR, BAWOBO TENGAH MENIDURKAN ANAK DALAM AYUNAN, SEMENTARA SENS ASIK MEMBACA DAN BOK SIBUK MENYAPU. MEREKA BERTIGA TERKEJUT GARA-GARA ULAH YUSI KIDULT.
Bok:
Bos, apa yang terjadi?

Sens:
Ya, tentu saja karena ada yang mengganggu kita. Pasti si Kidult itu lagi [Sambil menggerak-gerakkan buku yang tengah dipegangnya].

Bawobo:
Ssttt…kalian ini sudah menggangu tidur si bocah. Biarkan saja si bocah besar itu yang terus kekanak-kanakan itu [Menggerakkan perlahan ayunan tidur anak].

Sens:
Si kutu busuk itu terlalu terikat pada sensasi dan persepsi kanak-kanak yang selalu eksis di jiwa manusia. Di saat dia melangkah pada perwujudan diri atau dengan kata lain dia membutuhkan aktualisasi diri, tidak ada yang mendampingi atau membantunya menemukan jalan dari balik kesadarannya untuk berada di pola pikir orang dewasa.

Bawobo:
Tetapi…

Bok:
Tetapi apa, Bos?

Bawobo:
Menurut hemat yang disadari dan dikembangkan belakangan ini, di dalam diri setiap orang selalu ada sifat anak-anak. Termasuk pada diri orang dewasa.
Bok:
Termasuk pada kita ini, Bos?

Bawobo:
Ya. Dan sewaktu seorang dewasa mulai menolak sifat anak-anak dalam dirinya maka bisa dipastikan orang tersebut akan kehilangan sense of humor, sense of esthetic, dan walhasil mau ketawa saja susahnya minta ampun. Wajah dan ekspresinya selalu serius bahkan seringkali dingin bagai patung atau tem…bok. Ada yang sering bilang, hei, kau kekanak-kanakan. Padahal belum tentu dia tepat. Kekanak-kanakan atau kedewasa-dewasaan hanya urusan ketepatan mengisi ruang dan waktu. Sekalipun kadang-kadang batas antara keduanya sangat kabur.

Sens:
Bab berapa yang itu, Bos? Atau jangan-jangan belum ada buku petunjuknya, Bos.

Bok:
Kalau bapak Bos sudah mengatakannya itu berarti sudah ada. Iya kan, Bos? Betul! [Menjawab sendiri pertanyaannya].

Bawobo:
Aku ingin bercerita suatu kisah yang luar biasa. Erat kaitannya dengan keberadaan diri anak-anak dalam diri seorang dewasa. Dia seorang yang besar dan terkenal. Mau tidak mendengarkan ceritanya?

Bok & Sens:
Mau, Bos!

Bawobo:
Baiklah.

Sens:
Bos, kalau orang lain bisa dipanggil tidak?
Bok:
Baiklah. Kan, Bos?
BAWOBO MENGANGGUK LALU SAMBIL MENYANYI DIA MENGAYUN-AYUN AYUNAN, MENIDURKAN BAYI. SENS DAN BOK PERGI MEMANGGIL ORANG-ORANG LAIN.

Sosok Waktu:
Kau hanyalah sebuah jendela kisah. Maka berkisahlah. Dunia perlu kisah yang bisa diserap jadi roti untuk dipanggang. Agar saat waktu berputar dan terus beranjak uzur, kau punya sesuatu yang bisa dinikmati bersama seruputan-seruputan kopi. Berkisahlah.

Bawobo:
Sosok waktu, kau memang hanya bisa menyaksikan, mendengar, mencatat, dan merekam kisah. Gerak waktumu hanya semata gerak maju sebab lembaran-lembaran dari jejak yang telah ditinggalkan tetaplah menjadi kenangan. Maka dengarkan kisah yang ini.

Sosok Waktu:
Berkisahlah!

BAGIAN III
KISAH YANG BERINGSUT
BAWOBO MULAI BERKISAH. ORANG-ORANG MULAI BERDATANGAN BUAT MENDENGAR CERITANYA.
Bawobo:
Ini tentang jiwa anak dalam diri semua manusia. Alkisah, seorang anak ajaib yang mengalahkan seorang dewasa, seorang raksasa. Anak yang menyusup di peperangan besar ini nekad. Ia tidak terima Allah dihina. Orang-orang dewasa di barisan mereka ciut gemetar karena si raksasa terlalu sangar. E, si bocah ini malah marah. Menantang duel. Satu lawan satu. Seperti ksatria-ksatria gladiator. Senjata burung, ketapel, menantang pedang yang terhunus tajam. Tidak masuk akal. E, dia, si anak merah itu menang. Semangat di dalam diri yang terus tumbuh dari semangat polos dan lugu seorang bocah hingga menjadi semangat yang telah mekar, dewasa, kuat dan tegar. Di jiwa kecil dan polos di dalam dirinya sempat hilang. Berkali-kali. Sempat datang, tepat. Berkali-kali ia menari-nari, melompat-lompat tepat seperti kepolosan seorang bocah. Ia menang perang-perang baru. Ia bergirang. Ia menangis haru. Persis bocah. Tapi dia dewasa. Malah sialnya, dia dikenal sebagai raja dari bangsa keturunan orang-orang cerdas, Israel. Bangsa apa?

Bok, Sens, Orang I, & Orang II:
Bangsa Israel…

Bawobo:
Hore. Pintar. Daud nama anak itu. Ia seperti lupa diri bahwa dia adalah raja. Di depan semua rakyatnya, setelah menang perang Israel melawan Filistin, dengan gambus, dengan tari-tarian, dia bersukacita dan menari bersama rakyatnya. Ke kiri, ke kiri. Lalu ke kanan, ke kanan. Melompat-lompat dan berjingkrak-jingkrak. Sempat datang jiwa polos bocah, namun dengan intervensi jiwa dewasa yang penuh ambisi. Suatu waktu si raja saat berjalan-jalan, jadi mata keranjang. Ia melihat Batsyeba, perempuan cantik serba sempurna. Ia ingin memilikinya. Ia lupa perempuan itu milik rakyatnya. Istri Uria. Dia tidak lagi menjaga jiwa anak di dalam dirinya. Dia lupa diri kalau dia memerintah hanya untuk rakyat. Hak rakyat kok diambil. Dia tidak melindungi rakyatnya lagi. Padahal dia jadi raja karena dipercayakan oleh Opo Empung Wailan Wangko. Tuhan yang maha mulia dan besar. Katanya, hei, Uria kau pergilah berperang dan mati. Gila. Raja seperti ini bisa berbahaya. Jika begini, dia bisa-bisa berbuat sesuka hati. Kalau dia lihat rakyat masih kurang menderita pasti dengan senang hati dia menyempurnakan penderitaan rakyat. Kalau dia raja di bangsa kita yang antah-berantah ini, maka dia tidak akan memusingkan subsidi ke rakyat. Di bangsa kita apa tadi?

Bok, Sens, Orang I, & Orang II:
Bangsa Antah-Berantah…

Bawobo:
Nah, di bangsa Antah-Berantah itu rajanya bisa terus menaikkan harga BBM. Bodoh amat ada rakyat yang mati kelaparan. Bodoh amat subsidi yang jadi hak rakyat. Bantuan dan kemudahan hanya kepada sistem penindasan. Padahal rakyat setiap tahun bayar upeti ke kas negara. Untung dia tidak sempat memerintah di sini. Kembali ke tadi. Hebatnya, dari garis keturunan Daud inilah lahir Sang Penyelamat umat manusia. Mesias. Empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel. Empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus, Sang Juru Selamat dunia ini. [Membuat tangisan bayi] Ups. Anak menangis, bro. Maaf. [Menyanyi untuk menidurkan bayi. Sesekali membunyikan suara boneka].
ORANG-ORANG JADI RIBUT. ADA YANG PROTES KARENA CERITA TERPOTONG. ADA YANG TERTAWA KARENA KELUGUAN BAWOBO. SENS DAN BOK BERUSAHA MENENANGKAN ORANG-ORANG.
Bok:
Saudara-saudara, maaf, anak Bos menangis. Tenang dulu. Tidak lama. Pending sebentar.

Sens:
Mari bantu dia menyanyi…

Orang I:
Mari kita ikut menghibur keberadaan jiwa anak yang eksis di dalam diri kita.

Orang II:
Jangan malu memberi ruang pada kekanak-kanakan jiwa kita.
ORANG-ORANG IKUT MENYANYI. LALU MEREKA BERSAMA MULAI MENARI.
Bawobo:
[Memberikan isyarat berhenti] Dia sudah tidur. Kalian telah menunggu namun mungkin lain kesempatan karena waktu tak lagi memungkinkan. Hari telah larut. Maaf.

Orang I:
Bos, jangan bikin alasan. Lanjutkan ceritamu.

Bawobo:
Sudah tidak bisa. Tidak bisa ditoleransi. Maaf jika membuat kalian, seperti yang Samuel Becket katakan, menunggu Godot.

Orang I:
Bos, kalau tidak tahu mengenai lakon itu sebaiknya jangan diteruskan. Godot dalam sebuah kajian teologis telah datang dalam rupa tokoh seorang anak kecil. Atau jangan-jangan Samuel, kritikus, akademisi, kau dan semua orang tidak menyadari ini. Mereka hanya terpaku pada hal-hal besar saja sementara hal kecil, si anak kecil, merupakan kunci dari makna Godot itu, telah datang dan terabaikan dari perbincangan. Tak ada lagi Godot. Godot sudah pernah datang sebagai anak kecil. Jangan kira tidak ada yang tahu soal ini. Penyelamat telah datang jika kita ingin mendapatkan relevansi tafsir intertekstualitas dengan masalah Godot. Mesias sudah datang!.

Orang II:
Penyelamat? Apa itu penyelamat, kawan? Mesias? Ah, kenapa bukan kau saja yang berkisah? Ya. Betul, kawan. Kau saja. Hadirkan seonggok kata bagi kami niscaya kami akan setia mendengarkannya.

Bok:
Wah, betul itu!

Bawobo:
Aku saja. Aku akan berkisah.

Orang II:
Waktumu sudah habis. Diam kau, Bo. Ceritakanlah kepada kami bagaimana tentang penyelamat itu, kawan.

Sens:
Ayo, ceritakanlah, kawan!

Orang I:
Di sebuah sudut waktu sana aku akan berkisah. Mari ikut aku.

ORANG-ORANG LALU MENGIKUT DIA SAMBIL BERNYANYI SENANG. TERMASUK BOK DAN SENS. BAWOBO MENGAMBIL SEBUAH GULUNGAN KISAH, BERKISAH, DAN AKHIRNYA TERPURUK PADA KESENDIRIANNYA.
Bawobo:
Aku saja yang berkisah. Raja Daud merupakan manusia dengan dominasi karakter anak-anak. Keadaannya seperti itu memungkinkan dia mengembangkan fungsi otak imajinasi yang akhirnya mampu melahirkan karya-karya abadi seperti kitab Mazmur…

Sosok Waktu:
Bawobo, leluconmu telah berakhir. Kisah yang kau kisahkan telah berakhir bersama kisah tentang dirimu sendiri. Tak ada orang lagi orang yang mau mendengarkan ocehan yang tak berguna. Manusia sekarang butuh kisah tentang keselamatan. Jika waktumu sudah diberi dan kau tak berkisah tentang keselamatan pada orang lain maka niscaya waktumu akan diambil tanpa pengampunan dan diberikan kepada orang lain [Mengambil gulungan kisah].
YUSI KIDULT MENGINTIP DARI GUA DAN MENGAMATI BAWOBO KEMUDIAN MENDEKATI SOSOK WAKTU YANG TENGAH BERNYANYI DI SUATU TEMPAT.

Yusi Kidult:
Kali ini sungguh nyata. Mereka ternyata bukan ilusi, halusinasi, atau bahkan delusi. Anda jangan salah sangka kalau menuduh aku tidak paham mengenai wujud nyata yang riil seperti anda ini. Boleh aku berkenalan dengan anda?

Sosok Waktu:
Namaku Waktu. Aku hanya sosok yang merekam kegelisahanmu. Yang pasti kau tidak bisa berjalan lebih awal dariku. Semua peristiwa punya batasnya. Kita memang punya banyak kisah, tapi kisah penyelamat yang hadir sekarang inilah yang paling ditunggu-tunggu manusia. Kisah tentang Mesias.

Yusi Kidult:
[Mengikuti Sosok Waktu dari belakang lalu merampas gulungan kisah dan dia mulai berkisah] Mesias adalah…
PANGGUNG GELAP.
***SELESAI***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar