yang
biasanya mengocehi sepi
Bersamaku
kini cuma keriap dingin
Yang
tlah menawan aku dalam malam
di sana kau tak lagi
menghitung berapa
penggal
semangat yang tersayat dalam malam
saat
kau dan kehangatan meniup peluit panjang
gerbong-gerbong
bergerak
membawa
pergi muatan
selamat
tinggal, stasiun tua
rel-relmu
ikut berderit bersama keretak pedihku
selamat
berpisah, mimpi
kita
tlah hadir di abad yang salah
yang
jiwanya membenci ketulusan
bergiranglah
dalam bebasnya gerak cintamu
aku
sudah tergilas
bercampur
debu rel keretamu
Ie Hadi G
Manado, 19 Oktober 2006. Di Keheningan Tujuh Pintu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar