Mempersoalkan tentang keberadaan
Go-Jek, Go-Kar, dan Taxi Gelap, saya tiba-tiba teringat keberadaan andalan
transportasi Kota Manado dulu, yaitu ST 20. Eh, apa kabar oto itu sekarang? Kalau
tidak salah ingat, tahun 2006-an saya masih bisa melihat ST 20 berpelat kuning di
sekitar Terminal Karombasan untuk melayani angkutan masyarakat hingga ke
lorong-lorong kecil di Ranotana Weru dan sekitarnya. Selain di situ, ada juga ST
20 yang beroperasi di kompleks Pasar Bahu, Terminal 'bayangan' Dolog, Winangun,
Sea, dan di pasar Tuminting.
Label
- Antik dan Unik
- Arti Kata
- Artikel
- Cerita Lucu Manado
- Cerita Rakyat
- FLS2N
- FLS2N 2024
- Foto
- Free Download
- Gambar Lucu Manado
- Gaya Hidup
- Hotel
- Ilmu Pengetahuan
- Kamus Bahasa Indonesia
- Kata-kata Bijak
- Keode Laga
- Lagu & Lirik
- Monolog Bawobo
- Naskah Drama
- News Katulistiwa
- Novel
- Penghasilan Di Internet
- Prediksi
- Puisi
- Sejarah
- Serba-serbi Jurnalistik
- Sinopsis Film
- Spektrum
- Teater
- Tentangku
- Tokoh Kita
- Traveling
- Ulasan Lagu
- Video
Jumat, 24 Maret 2017
Senin, 20 Februari 2017
Minggu, 21 Agustus 2016
Selasa, 26 Juli 2016
Dari Taiko Hingga Kantata
Di laut Segitiga Naga,
Bukan hanya Taiko[1]
saja yang mampu dentamkan semangat dan kepedihan
Seutas senar juga bisa bangkitkan rindu sekaligus dendam
seorang nelayan
Dalam bunyi-bunyi yang tak berbatas syair
Dalam syair-syair yang tak berbatas kata
Dalam kata-kata yang tak berbatas kenangan
Dalam kenangan-kenangan yang tak berbatas bunyi
Minggu, 17 April 2016
Kita dan Aksara
Kau pernah bisik, ada aksara langit yang tak ditulis dan tak dikenal di bumi
Lalu siapa yang bisa membacanya dalam sajak angin hari ini?
Lalu siapa yang bisa mengejanya dalam irama orkestra di lautan?
Kau menjawab, hanyalah para malaikat dan Tuhan
Padahal dengan aksara itu ingin sekali kutulis nama ibu di dinding etalase pertokoan
Agar setiap kali melintasinya kusinggahi juga ruang kemurahan Ilahi
Karena ribuan keluh di oratorium yang telah diucapkannya hanya tentang aku
Padahal dengan aksara itu ingin sekali kutulis kisah kita yang masih tergaris samar
Agar di setiap lembar hari yang kurengkuh dalam ingatan hanyalah aroma pelukanmu
Menggelepar kejam
Dan tajam
Lalu siapa yang bisa membacanya dalam sajak angin hari ini?
Lalu siapa yang bisa mengejanya dalam irama orkestra di lautan?
Kau menjawab, hanyalah para malaikat dan Tuhan
Padahal dengan aksara itu ingin sekali kutulis nama ibu di dinding etalase pertokoan
Agar setiap kali melintasinya kusinggahi juga ruang kemurahan Ilahi
Karena ribuan keluh di oratorium yang telah diucapkannya hanya tentang aku
Padahal dengan aksara itu ingin sekali kutulis kisah kita yang masih tergaris samar
Agar di setiap lembar hari yang kurengkuh dalam ingatan hanyalah aroma pelukanmu
Menggelepar kejam
Dan tajam
Langganan:
Postingan (Atom)