Selasa, 26 Juli 2016

Dari Taiko Hingga Kantata

Di laut Segitiga Naga,
Bukan hanya Taiko[1] saja yang mampu dentamkan semangat dan kepedihan
Seutas senar juga bisa bangkitkan rindu sekaligus dendam seorang nelayan
Dalam bunyi-bunyi yang tak berbatas syair
Dalam syair-syair yang tak berbatas kata
Dalam kata-kata yang tak berbatas kenangan
Dalam kenangan-kenangan yang tak berbatas bunyi

Di pesisir Manado,
Bukan hanya Polonaise[2] atau Ampa Wayer[3] saja yang sajikan panggung keriangan
Derap amarah taufan tujuh samudera pun mampu menahan dan menggulung kepedihan
Dalam syair-syair yang tak berbunyi
Dalam kata-kata yang tak bersyair
Dalam kenangan-kenangan yang tak berkata
Dalam bunyi-bunyi yang tak berkenangan

Di setiap kembara ilham yang kita kisahkan saat senja selalulah tentang savanna
Hamparan padang rumput luas susut dan penuh kelakar satwa
Dan di setiap jendela yang menghadap pantai
Terkadang kita mendengar sepotong irama surga
Melebihi sonata-sonata Beethoven ataupun kantata-kantata yang entah
Di sana kita mendengar ombak membisikkan misteri tentang wajah keriput zaman
Tentang janji akan ada matahari dan bulan yang tak terbenam dan surut

Di tepi-tepi senja,
Meski setan-setan masih bertopeng malaikat, menari dan blingsatan di balik etalase bisu
Kita tetap bersepakat untuk berjalan dan bersyarat lurus
Entah di laut Segitiga Naga, di pesisir Manado, ataupun di setiap kembara ilham

Bukan hanya genangan air yang dipantulkan purnama saja mampu simpan airmata
Keluh bocah lapar pun mampu bangunkan kesadaran untuk menangkan pergulatan nasib
Dalam setiap bunyi dan kenangan

IE HADI G
Manado, 25 Juli 2016
Di tepi kota, bersama doa dan waktu




[1] Taiko merupakan alat musik tabuh Jepang yang hingga kini masih digunakan untuk mengekspresikan dunia arwah. Di beberapa upacara tradisional, genderang Taiko digunakan untuk menghindari bencana.
[2] Polonaise atau lazim disebut Polineis di Sulawei Utara merupakan tari massal berpasangan yang berasal dari Eropa dan diiringi orkes. Gerakannya sangat sederhana, mengikuti petunjuk ‘Tukang Komando’. Polineis sendiri berasal dari Polandia dan populer di masyarakat yang mendapat pengaruh budaya Spanyol, Portugis, dan Belanda. Borgo satu di antaranya.
[3] Ampa Wayer adalah tarian massal berpasangan di Sulawesi Utara yang berkembang sejak kedatangan Spanyol. Tarian ini banyak berkembang di wilayah pesisir, seperti di wilayah Nusa Utara, dan digunakan sebagai tari pergaulan muda-mudi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar