Minggu, 17 April 2016

Kita dan Aksara

Kau pernah bisik, ada aksara langit yang tak ditulis dan tak dikenal di bumi
Lalu siapa yang bisa membacanya dalam sajak angin hari ini?
Lalu siapa yang bisa mengejanya dalam irama orkestra di lautan?
Kau menjawab, hanyalah para malaikat dan Tuhan
Padahal dengan aksara itu ingin sekali kutulis nama ibu di dinding etalase pertokoan
Agar setiap kali melintasinya kusinggahi juga ruang kemurahan Ilahi
Karena ribuan keluh di oratorium yang telah diucapkannya hanya tentang aku
Padahal dengan aksara itu ingin sekali kutulis kisah kita yang masih tergaris samar
Agar di setiap lembar hari yang kurengkuh dalam ingatan hanyalah aroma pelukanmu
Menggelepar kejam
Dan tajam

Bila dunia yang kini hanya sekedar siapkan jalan bagi kehidupan selanjutnya,
Siapa yang akan membaca aksara langit dalam sajak angin dan irama orkestra hari ini?
Aku rela jalani seratus kali kematian, seratus kali kehidupan
Hanya agar kita dapat bertemu di sebuah pelataran pendakian
Tempat kisah kita ke kuil-kuil doa berikutnya mulai ditulis dalam keabadian
Mendaki tangga-tangga di lima benua, melewati titian-titian di tujuh samudera
Serupa Sangiang Konda di antara tiang petir dan guntur
Terpancang dari langit ke dasar bumi
Bersama tebaran bunga-bunga badai Sahendarumang
Terima restu
Di mezbah kudus

Ada aksara langit yang tak tertulis di bumi
Ada aksara langit yang tak dikenal di bumi
Lalu siapa yang bisa membacanya dalam sajak-sajak angin hari ini?
Lalu siapa yang bisa mengejanya dalam irama-irama orkestra di lautan?



18 April 2016
Ie Hadi G
Dari balik kesunyian Marina Plaza di teluk Kota Manado.

3 komentar:

  1. saya akan coba baca hehehe sambil mamarrung di depan erresa

    BalasHapus
  2. Yang penting jangan di Ba'as. Di sana Obaja memegang papiti sambil menatap dengan sebelah mata...hehehehehehe

    BalasHapus