Potensi yang Variatif
Menilik potensi ekonomi yang bisa disodorkan sebagai produk unggulan masyarakat sangatlah variatif.
Tercatat berbagai potensi bumi Sitaro seperti Pala, Kelapa, Cengkih, Salak,
Ikan Laut, dan masih banyak lagi sumber daya hayati (seperti berbagai jenis
karang, moluska, penyu hijau dan belimbing, berbagai jenis ikan karang,
kekayaan laut dalam, dan vegetasi bakau) yang siap dieksplorasi bahkan
dieksploitasi demi mempertahankan eksistensi sebuah kabupaten dan jaminan
kesejahteraan masyarakat. Sedangkan sumber daya alam yang bersumber pada non
hayati menurut data yang dikuak CSIRO, terdapat kandungan minyak bumi di Laut
Sulawesi, diperkirakan masuk wilayah Sitaro, yang banyak kandungannya bisa
dianggap sebagai ‘minyak cadangan masa depan Indonesia’.
Prospek Ekonomi Maritim
Perlu diakui
bahwa berbagai kajian mengenai ekonomi masa depan yang tepat di Sitaro
terekomendasi oleh para pakar merujuk pada pengembangan Ekonomi Maritim; yang
berbasis pada sektor kelautan dan perikanan, dengan memperhatikan sumber daya
di darat sekaligus keterbatasan luas daratannya. Pada batasan ini jelas campur
tangan pemerintah akan menjadi sangat penting terutama dalam memfasilitasi
peralihan pengelolaan potensi kelautan dan perikanan dari cara
tradisional/konvensional ke cara yang lebih efektif. Dalam bahasa sederhananya,
sebagai contoh, daripada masyarakat hanya mengandalkan ketersediaan ikan karang
jenis Kurapu atau udang jenis Lobster di laut dengan pola tradisional mangael atau bajubi, mendingan dikembangkan teknik penambakan air asin yang
memiliki hasil lebih memadai demi memenuhi permintaan pasar regional maupun
internasional yang dari waktu ke waktu semakin meninggi.
Hal-hal seperti
inilah yang perlu dilakukan dalam memajukan kabupaten yang memiliki 33 pulau
ini. Pemberian perhatian ekstra pada sektor kelautan dan perikanan akan
berdampak konstruktif, yang tentu saja, dengan pemberdayaan potensi masyarakat
yang ada. Sangat dicemaskan bila pihak pemerintah nantinya hanya akan
mengandalkan pasokan investor asing yang bersedia menanamkan modalnya di sektor
ini lalu merekrut tenaga kerja lokal. Memang melalui langkah ini akan secara
otomatis terjadi penyerapan tenaga kerja, dan pasti, paling tidak, memperbaiki
tingkat pendapatan masyarakat. Tapi efesiensitas dan efektifitasnya tidak akan
sebaik pemaksimalan atau pemberdayaan Sumber Daya Manusia Sitaro yang telah
ada.
Penguatan Produk Unggulan yang Ada
Di samping itu,
tetap saja perlu memperkuat produksi masyarakat yang telah ada sebelumnya.
Seperti Pala dan fuli di Siau yang telah memiliki reputasi internasional karena
kualitasnya tergolong nomor satu. Tinggal perlu mendorong pemerintah untuk
memperbaiki atau mengoreksi berbagai faktor pembentuk harga komoditas tersebut
agar para petani, yang sebagai produsen pala terbesar di dunia ini, tidak
melulu dirugikan oleh permainan harga di tingkatan konsumen (penadah/pedagang
pengumpul dan pabrik).
Juga perlu
adanya penguatan sumber daya alam yang barangkali sering dianggap sepele
seperti halnya pengelolaan buah Salak di Tagulandang, yang terproduksi di
setiap musim panennya dengan perkiraan angka yang sangat fantastis. Ketimbang
cuma dilego ke tangan penadah dengan
harga miring, kenapa tidak dibuat menjadi sebuah komoditi unggulan daerah yang
siap eksport ke manca negara saja dengan berbagai variasi pengelolaannya ?!!
Mudah-mudahan bisa terlaksana, bukan sebatas ide cemerlang saja. Semoga.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar