Jumat, 24 Januari 2014

Banjir Manado Awal Tahun 2014 Terparah Sepanjang Sejarah

Salah satu lokasi banjir di depan kantor Walikota Manado
Serbuan banjir bandang pada hari Rabu (15/01) lalu yang menimpa hampir seantero kota Manado menggugah lagi kesadaranku mengenai kekuatan alam yang selalu saja sulit diprediksi manusia. Ketika bangun pada pagi hari itu aku seketika terperangah menyaksikan aliran sungai di belakang rumah yang naik sekitar 5 meter dari kondisi nornalnya. Pagi itu jam di rumah sudah menunjukkan pukul 8 lewat sedikit. Sambil berjongkok dan memandangi derasnya air sungai berwarna kecoklatan yang perlahan mulai menggenangi halaman belakang, aku bergumam, jika saja air menyentuh tepian beton dapur dalam durasi kurang dari satu jam maka air akan meluap terus hingga membanjiri seluruh sudut rumah. Dugaanku itu ternyata benar.
Air sungai yang mengalir dari danau Tondano ini terus meringsek naik dengan sangat cepat. Saranku untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman sama sekali tidak dihiraukan oleh seisi rumah. Akhirnya air meluber dan menggenangi seantero sudut rumah hingga ke jalan pada kisaran pukul 10 pagi itu. Diperkirakan ketinggian banjir ini naik hingga mencapai 15 meter dari kondisi normal aliran air sungai, sementara ketinggian air di dalam rumah sudah mencapai setengah meter.

Keadaan kacau-balau. Barang-barang yang bisa dinaikkan di tempat lebih tinggi sudah dinaikkan, namun akibat kecepatan penambahan debit air yang terlalu tinggi, jelas tidak semua barang yang mampu diselamatkan. Perkakas-perkakas dapur lainnya sudah tersapu banjir. Listrik yang telah padam ikut menambah kesuraman drama bencana alam ini.

Semua warga sekitar nampak sibuk mengevakuasi diri serta barang-barang berharga. Nampak seorang nenek yang awalnya diungsikan di rumah kami, menangis minta segera diantar ke gereja terdekat. Kalau keadaan akan menjadi lebih parah, dia ingin mati di rumah Tuhan, isak nenek itu. Beberapa orang pada akhirnya bersimpati juga dan mengantar nenek itu ke gereja sekalipun pada kondisi yang seperti ini semua orang biasanya hanya memikirkan keselamatan diri sendiri.

Beberapa waktu kemudian, aku baru sadar, kerusakan yang diakibatkan oleh banjir di rumah yang aku tinggali itu tidaklah seberapa dibanding dengan korban banjir lain yang kehilangan rumah, kendaraan, bahkan nyawa. Beberapa tempat di kota Manado yang kondisinya sangat memprihatinkan bisa ditemui di wilayah Pakowa, Dendengan, daerah pemukiman sepanjang DAS Danau Tondano hingga muara di pasar Bersehati Manado, Tikala Baru, Tikala Ares, Wanea, dan lain-lain.

Betapa kagetnya hatiku saat mencoba mengumpulkan sejumlah informasi, lalu mendapatkan fakta bahwa banjir bandang yang terjadi pada tanggal 15 Januari 2014 ini merupakan bencana alam terparah dalam sejarah kota Manado bahkan Sulawesi Utara, dengan dugaan kerugian mencapai 500 milyar rupiah***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar