Senin, 24 Juni 2013

Tentang Bingkai Hari Kemarin | Puisi |


Inang, kemarin aku telah menyusur jalan ke gunung batu
Karena bukit yang di sini tak lagi simpan jejak mata air
Buat menyiram sekuntum harapan yang kau titip dulu
Inang, tadi malam aku berkali-kali memanah purnama
Karena tanah yang di sini tak lagi tumbuhkan setunas bunga
Buat harumkan bau doa yang pernah kau gantung di dadaku
Inang, hari ini aku telah mengasah tajam sebaris mantra
Buat meredam gelombang tagaroang yang kan menantang
Karena di sini layar patoku telah mengembang ditarik angin
Karena aku ingin mengantarkan di batas laut sana sebuah mimpi
Karena hari ini aku harus menyulam di seberang sana serenda kisah

Inang, sambokan bagiku sebait nyanyian dalo untuk restu di jalan
Seperti sambo yang biasa dulu kudengar dari suara sendumu
Atau tiupkan saja sebaris tanda di jidatku
Agar jadi meterai
Agar takut tak lagi menyergapku
Su koanengku nabi
Sukahikiku nabi
Suhatiku I waraile’
Sulikudeku badang kinansing
Tutatengo Mawu Ruata

Inang, bila hatiku ini ibarat api
Maka inilah api pemberontakan
Menyala karena gelisah di malamku tak kunjung pergi
Gelisah yang tak beri makna apa-apa di selasar hidupku
Karena aku tak mau tatapanmu padaku berair mata lagi
Karena hari kemarin sudah harus terbingkai dan disimpan sebagai kenangan


Ie Hadi G
Manado, 25 Juni 2013. Di Tepi Kuala Memeluk Doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar