Di laut Segitiga Naga,
Bukan hanya Taiko[1]
saja yang mampu dentamkan semangat dan kepedihan
Seutas senar juga bisa bangkitkan rindu sekaligus dendam
seorang nelayan
Dalam bunyi-bunyi yang tak berbatas syair
Dalam syair-syair yang tak berbatas kata
Dalam kata-kata yang tak berbatas kenangan
Dalam kenangan-kenangan yang tak berbatas bunyi
Di pesisir Manado,
Derap amarah taufan tujuh samudera pun mampu menahan dan
menggulung kepedihan
Dalam syair-syair yang tak berbunyi
Dalam kata-kata yang tak bersyair
Dalam kenangan-kenangan yang tak berkata
Dalam bunyi-bunyi yang tak berkenangan
Di setiap kembara ilham yang kita kisahkan saat senja selalulah
tentang savanna
Hamparan padang rumput luas susut dan penuh kelakar satwa
Dan di setiap jendela yang menghadap pantai
Terkadang kita mendengar sepotong irama surga
Melebihi sonata-sonata Beethoven ataupun kantata-kantata yang
entah
Di sana kita mendengar ombak membisikkan misteri tentang wajah
keriput zaman
Tentang janji akan ada matahari dan bulan yang tak terbenam
dan surut
Di tepi-tepi senja,
Meski setan-setan masih bertopeng malaikat, menari dan
blingsatan di balik etalase bisu
Kita tetap bersepakat untuk berjalan dan bersyarat lurus
Entah di laut Segitiga Naga, di pesisir Manado, ataupun di setiap
kembara ilham
Bukan hanya genangan air yang dipantulkan purnama saja mampu
simpan airmata
Keluh bocah lapar pun mampu bangunkan kesadaran untuk
menangkan pergulatan nasib
Dalam setiap bunyi dan kenangan
IE HADI G
Manado, 25 Juli 2016
Di tepi kota, bersama doa dan waktu
[1] Taiko merupakan alat musik tabuh
Jepang yang hingga kini masih digunakan untuk mengekspresikan dunia arwah. Di
beberapa upacara tradisional, genderang Taiko digunakan untuk menghindari
bencana.
[2] Polonaise atau lazim disebut Polineis di Sulawei Utara
merupakan tari massal berpasangan yang berasal dari Eropa dan diiringi orkes.
Gerakannya sangat sederhana, mengikuti petunjuk ‘Tukang Komando’. Polineis
sendiri berasal dari Polandia dan populer di masyarakat yang mendapat pengaruh
budaya Spanyol, Portugis, dan Belanda. Borgo satu di antaranya.
[3] Ampa Wayer adalah tarian massal berpasangan di
Sulawesi Utara yang berkembang sejak kedatangan Spanyol. Tarian ini banyak
berkembang di wilayah pesisir, seperti di wilayah Nusa Utara, dan digunakan
sebagai tari pergaulan muda-mudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar